Oleh : Yos Sutiyoso
Mengendalikan sanitasi pada kegiatan budidaya hidroponik harus dilakukan secara ketat, karena produk yang dihasilkan dikonsumsi oleh orang banyak. Proses sanitasi harus menjadi pedoman bertindak sepanjang hari.
Budidaya hidroponik tidak menggunakan bahan biologis dalam meramu nutrisi, dan dengan demikian dapat menghindari adanya pemunculan gangguan, seperti Tetanus, Salmonella, E. coli, dsbnya. Terutama yang disebut terbelakang, telah menyebabkan puluhan kematian di Spanyol, Polandia, dan Rusia.
Komponen pupuk dalam budidaya hidroponik terdiri atas garam-garam anorganis, dimuati dalam karung atau zak, dan terdapat dalam bentuk tepung atau kristal. Jasad hidup atau mikro-organisma tidak mungkin hidup pada kristal garam tersebut, dan karenanya pupuk hidroponik bebas dari kemungkinan mengandung organisma pathogen manusia.
Bukan rahasia bahwa sayuran yang dihasilkan secara hidroponik di dalam greenhouse, tidak pernah dicuci dengan air, sebelum ditimbang dan dipak dalam katung plastik, karena tidak pernah terkotori oleh debu sekalipun.
Yang juga sangat mencengangkan ialah bahwa ketika dianalisa di laboratorium mengenai unsur-unsur yang terkandung di dalamnya, terbukti sayuran hidroponik tidak mengandung unsur-unsur logam berat yang tidak disukai, antara lain cadmium Cd, hydrargyrium Hg, dan arsenicum As. Unsur-unsur tersebut dapat mengganggu kesehatan manusia. Sebabnya ialah pupuk anorganis yang digunakan, tingkat kemurnian/purity-nya tinggi, dan tidak mengandung unsur-unsur logam berat tersebut.
Dalam pengertian sanitasi dimasukkan pula pengertian gangguan oleh gulma. Didalam bahan pupuk anorganis untuk budidaya hidroponik, tidak ada terkandung benih gulma di dalamnya, sehingga kegiatan pemberantasan gulma tidak perlu dilakukan, kecuali sedikit di luar greenhouse.
Bangunan, instalasi, peralatan, yang digunakan pada proses produksi hidroponik, pada umumnya mudah pemeliharaannya, sehingga tingkat sanitasinya pun tinggi. Itu sebabnya pada kegiatan budidaya hidroponik di dalam greenhouse, jarang terjadi serangan masal oleh penyakit cendawan atau bakteri.
Yang masih menimbulkan kepusingan ialah serangan hama yang bersayap, dan bisa aktif menyebar diri, semisal thrips. Atau karena kecil dan ringan, larvanya bisa diterbangkan angin, semisal tungau atau kutu persik.
Secara teoretis bibit penyakit dan hama bisa saja ditularkan melalui pakaian pekerja, tetapi biasanya hal itu terlalu mengada-ngada. Yang lebih mencelakakan malahan keteledoran menutup pintu, setelah keluar-masuk greenhouse, sehingga angin yang meniup bebas dapat menyebar bibit penyakit ke dalam greenhouse.
Monday, 5 October 2015
Catatan Penting Hidroponik 89 : TANDON LARUTAN PUPUK A-B MIX PADA BUDIDAYA HIDROPONIK NFT BERATAPKAN LANGIT, UKURANNYA HARUS SANGAT BESAR.
Oleh : Yos Sutiyoso
Bila hujan turun deras pada kebun hidroponik beratapkan langit, dengan sistem NFT (nutrient film technic, hidroponik talang landai), yang memakai talang sebagai “gully”, maka banyak air hujan yang masuk ke dalam gully, melalui lubang-tanam pada gully-tutup yang dibuat dengan jarak antara 15 - 20 cm. Karena gully dipasang dengan kelandaian sekitar tangens 2,5 %, maka larutan pupuk yang sudah berpenambahan air hujan, semuanya mengalir secara gravitasi ke tandon. Kalau hujannya lebat dan panjang, maka penambahan air hujan itu sangat banyak, dapat melebihi daya tampung tandon, melimpahnya larutan nutrisi ke sekeliling, dan menimbulkan kerugian besar dengan hilangnya larutan nutrisi yang begitu berharga.
Dapat dipastikan bahwa ukuran tandon harus extra besar kapasitasnya supaya dapat menampung tambahan air hujan yang besar sekalipun. Banyak penggemar lupa memperhitungkan ukuran tandon ini, sehingga tiba-tiba terkejut ketika hujan deras tandonnya meluap.
Penambahan air hujan ke dalam tandon menyebabkan kepekatan EC larutan pupuk menurun, dan perlu segera ditambahi pekatan A dan B hingga kembali pada level yang diharapkan. Bila enggan melaksanakannya, maka “konsistensi sel” akan amburadul, karena tanaman yang biasanya kita majakan dengan EC dan pH tertentu, tiba-tiba menghadapi kenyataan bahwa apa yang tanaman dapati, berbeda kondisinya.
Mungkin sekali, secara fisik akan menyebabkan tanaman bentuknya “amorf”, tiada bentuk tertentu, sehingga berpenampilan kurus, pucat, dan lunak. Belum lagi rasa dan aromanya akan terpengaruh, sehingga kenikmatan mengkonsumsinya berkurang. Penampilannya pun akan terpengaruh, sehingga akan mempengaruhi penjualan.
Dapat dipastikan bahwa ukuran tandon harus extra besar kapasitasnya supaya dapat menampung tambahan air hujan yang besar sekalipun. Banyak penggemar lupa memperhitungkan ukuran tandon ini, sehingga tiba-tiba terkejut ketika hujan deras tandonnya meluap.
Penambahan air hujan ke dalam tandon menyebabkan kepekatan EC larutan pupuk menurun, dan perlu segera ditambahi pekatan A dan B hingga kembali pada level yang diharapkan. Bila enggan melaksanakannya, maka “konsistensi sel” akan amburadul, karena tanaman yang biasanya kita majakan dengan EC dan pH tertentu, tiba-tiba menghadapi kenyataan bahwa apa yang tanaman dapati, berbeda kondisinya.
Mungkin sekali, secara fisik akan menyebabkan tanaman bentuknya “amorf”, tiada bentuk tertentu, sehingga berpenampilan kurus, pucat, dan lunak. Belum lagi rasa dan aromanya akan terpengaruh, sehingga kenikmatan mengkonsumsinya berkurang. Penampilannya pun akan terpengaruh, sehingga akan mempengaruhi penjualan.
Tandon berukuran besar kadang memaksa kita membuat kolam, dengan kapasitas beberapa m3 larutan. Sekaligus kita jadikan kolam tersebut sebagai sistem budidaya rakit apung, dengan mengambangkan helaian-helaian styrofoam 2 m X 1 m, diberi sekitar 30 lubang-tanam, dengan diprodukstifkan dengan menanam berbagai sayuran segar. Tentunya harus dijaga supaya seluruh permukaan air harus tertutup helaian styrofoam, supaya tercegah meledaknya pertumbuhan ganggang. Seperti diketahui ganggang dengan “eksudat”, limbahnya, dapat menyebabkan “allelopathy”, keracunan tanaman pokok.
Talang/gully harus sering disikat bersih, dan tandon dikuras, untuk membuang “e-e” dan “pipis” tanaman, limbah hasil metabolisma tanaman, yang karena semakin akumulatif bertumpuk, semakin toksik terhadap pertumbuhan tanaman pokok. Seberapa seringnya pengurasan harus dilakukan, tergantung dari manager kebun, dengan melihat awal gejala keracunan tanaman.
Catatan Penting Hidroponik 90 : PADA BUDIDAYA HIDROPONIK MASIH DIPERLUKAN PENYEMPROTAN PUPUK DAUN?
Oleh : Yos Sutiyoso
Kita kupas dulu pengertian pupuk daun, terjemahan bebas “foliar fertilizer”, nutrisi yang disemprotkan pada daun, yang terdiri atas unsur-unsur hara/nutrisi, esensial makro, dan mikro, dalam komposisi tertentu, untuk menjawab kebutuhan suplesi/tambahan, dan/atau koreksi terhadap defisiensi hara tertentu.
Unsur(2) itu : 1. Harus larut sempurna dalam air, dalam tengki semprotan, maupun dalam cairan sel tanaman. 2. Mudah diserap oleh daun, yang bermuatan listrik. Harus bisa merupakan elektrolit, yang terbagi atas kation dan anion, yang menjadikan persyaratan supaya bisa diserap oleh daun. 3. Mempunyai mobilitas, karena akan didistribusikan dan ditempatkan di tempat-tempat yang memerlukannya, yang mungkin letaknya jauh dari tempat ia disemprotkan. 4. Dapat mensuplesi atau mengkoreksi defisiensi unsur-unsur tertentu, tanpa menimbulkan masalah sekonder.
Unsur(2) itu : 1. Harus larut sempurna dalam air, dalam tengki semprotan, maupun dalam cairan sel tanaman. 2. Mudah diserap oleh daun, yang bermuatan listrik. Harus bisa merupakan elektrolit, yang terbagi atas kation dan anion, yang menjadikan persyaratan supaya bisa diserap oleh daun. 3. Mempunyai mobilitas, karena akan didistribusikan dan ditempatkan di tempat-tempat yang memerlukannya, yang mungkin letaknya jauh dari tempat ia disemprotkan. 4. Dapat mensuplesi atau mengkoreksi defisiensi unsur-unsur tertentu, tanpa menimbulkan masalah sekonder.
Bila ramuan untuk produksi suatu komoditas sudah baik, maka tidak akan ada penampakan gejala defisiensi unsur hara apapun, dan penyemprotan pupuk daun sebagai tambahan, tidak diperlukan.
Bagaimanapun juga, karena ketidak tahuan, beberapa penggiat hidroponik ter-obsesi memberikan tambahan dalam bentuk penyemprotan pupuk daun, dengan keyakinan dapat meningkatkan keunggulan tertentu. Misalnya memacu : aroma, rasa, kelegitan, kerenyahan, kesegaran, kemanisan, keawetan, berpenampilan lebih baik, kemilau, dsbnya.
Untuk mengambil keputusan penambahan semprotan daun “to enhance”, memacu, produksi kuantitas, maupun kualitas, tergantung dari pribadi masing-masing kepala unit produksi hidroponik. Bahwa beberapa orang mempunyai harga diri yang meningkat, bila ia dapat menambahkan sesuatu untuk meningkatkan performance komoditas yang kita tanam.
Pupuk daun sering pula disebut pupuk semprot, karena pada umumnya larutan nutrisi itu disemperotkan memakai knapsack sprayer(alat semprot punggung manual) dengan volume 500 liter/ha, untuk lahan kecil dan tanaman kecil. Atau pakai power sprayer (alat semprot tandu bermesin), dengan volume sekitar1.000 – 2.000 liter/ha, untuk lahan yang luas dan tanaman dalam bentuk semak atau pohon.
Belakangan ini ada beberapa penggemar hidroponik yang ingin menggunakan pupuk semprot untuk berperan sebagai pupuk A-B mix, untuk digunakan misalnya pada NFT. Perlu ditelaah apakah daya larutnya 100 %, seperti yang disyaratkan pada A-B mix. Pun perlu disadari bahwa pupuk daun biasanya kurang kandungan unsur hara Ca-nya.
Catatan Penting Hidroponik 91 : PEMUPUKAN PERSEMAIAN
Oleh : YOS SUTIYOSO
Banyak yang mengira bahwa persemaian tidak perlu dipupuk, karena serupa anak ayam yang baru menetas, masih bisa mengharapkan mendapat makanan dari kuning telurnya. Setelah beberapa hari kuning telurnya habis, barulah anak ayam itu memerlukan pemberian makanan, yang jumlahnya cukup sedikit saja.
Benih tanaman setelah disebar di media tanam, dan mendapat air siraman, akan mulai imbibisi, yaitu membesar setelah menyerap air. Imbibisi ini berlaku pada semua benih, apakah yang masih hidup maupun yang sudah kadaluwarsa, sehingga tidak bisa dijadikan patokan apakah benih itu masih memiliki “viability”, “keperidian”, atau sudah mati.
Benih yang awal berkecambah, akan terbukakan pintu mukanya, terbangkitkan hidup embryo-nya. Yang pertama keluar ialah hypo-kotilnya, calon akar, yang pada pangkalnya banyak muncul bulu-bulu akar putih halus. Petani di Jawa Barat menyebutnya mata-rentik.
Bila akar sudah menancapkan diri ke dalam media tanam, maka kecambah akan mendorong lepas kulit benih dan menjatuhkannya.
Pada tumbuhan dikotil, misalnya kacang tanah, muncullah dari permukaan media-tanam dua helai kotil, membuka diri lebar-lebar, menampung matahari, membentuk klorofil (chloros = hijau; phyllos = helaian daun) dan sudah mulai fotosintesa, untuk membuat karbohidrat, bahan baku untuk respirasi/pernafasan.
Bila tidak mendapat cahaya matahari, maka tumbuhan mengambil energi dari kedua helai kotil, yang merupakan gudang dan sumber karbohidrat, yang memang diciptakan untuk membekali kecambah bertahan hidup, untuk hari-hari pertama hidupnya.
Si mata-rentik dapat langsung berperan menyerap air dan nutrisi dari media persemaian, guna menunjang pertumbuhan kecambah selanjutnya. Bila media tanam mengandung bahan organik, maka hasil pelapukannya adalah kation, semisal amonium, kalsium, kalium, magnesium, dan berapa unsur hara mikro. Sedang anionnya adalah suatu rantai panjang, 15 – 30 C, yang berperan menjadi penggembur media-tanam, dan secara fisik meningkatkan keremahan, aerasi, drainase media tanam.
Alangkah baiknya, bila media persemaian diperkaya dengan pupuk anorganis, juga dalam bentuk kation, misalnya amonium, kalsium, kalium, magnesium, dan unsur-unsur mikro, misalnya ferrum, manganium, cuprum, zincum, boron, molybden.
Benih tanaman setelah disebar di media tanam, dan mendapat air siraman, akan mulai imbibisi, yaitu membesar setelah menyerap air. Imbibisi ini berlaku pada semua benih, apakah yang masih hidup maupun yang sudah kadaluwarsa, sehingga tidak bisa dijadikan patokan apakah benih itu masih memiliki “viability”, “keperidian”, atau sudah mati.
Benih yang awal berkecambah, akan terbukakan pintu mukanya, terbangkitkan hidup embryo-nya. Yang pertama keluar ialah hypo-kotilnya, calon akar, yang pada pangkalnya banyak muncul bulu-bulu akar putih halus. Petani di Jawa Barat menyebutnya mata-rentik.
Bila akar sudah menancapkan diri ke dalam media tanam, maka kecambah akan mendorong lepas kulit benih dan menjatuhkannya.
Pada tumbuhan dikotil, misalnya kacang tanah, muncullah dari permukaan media-tanam dua helai kotil, membuka diri lebar-lebar, menampung matahari, membentuk klorofil (chloros = hijau; phyllos = helaian daun) dan sudah mulai fotosintesa, untuk membuat karbohidrat, bahan baku untuk respirasi/pernafasan.
Bila tidak mendapat cahaya matahari, maka tumbuhan mengambil energi dari kedua helai kotil, yang merupakan gudang dan sumber karbohidrat, yang memang diciptakan untuk membekali kecambah bertahan hidup, untuk hari-hari pertama hidupnya.
Si mata-rentik dapat langsung berperan menyerap air dan nutrisi dari media persemaian, guna menunjang pertumbuhan kecambah selanjutnya. Bila media tanam mengandung bahan organik, maka hasil pelapukannya adalah kation, semisal amonium, kalsium, kalium, magnesium, dan berapa unsur hara mikro. Sedang anionnya adalah suatu rantai panjang, 15 – 30 C, yang berperan menjadi penggembur media-tanam, dan secara fisik meningkatkan keremahan, aerasi, drainase media tanam.
Alangkah baiknya, bila media persemaian diperkaya dengan pupuk anorganis, juga dalam bentuk kation, misalnya amonium, kalsium, kalium, magnesium, dan unsur-unsur mikro, misalnya ferrum, manganium, cuprum, zincum, boron, molybden.
Dalam rangka pemupukan persemaian, pemberian cahaya yang cukup harus dijamin, untuk menghasilkan anak-semai yang tangguh, dengan angka “viability”, keperidian, yang tinggi, dan dengan angka kegagalan yang rendah. Banyak penggemar hidroponik berprasangka bahwa persemaian harus remang-remang pencahayaannya, hal mana adalah salah. Berilah persemaian cahaya matahari yang leluasa, sehingga cepat anak-semai dapat membentuk klorofil, butir hijau daun, yang berguna bagi foto-sintesa karbohidrat dan protein.
Catatan Penting Hidroponik 92 : POLYBAG, BERISI MEDIA-TANAM, SISTEM FERTIGASI, DASARNYA PERLU DIBOLONGI ?
Oleh : Opa Yos Sutiyoso
Kantong plastik polybag, kapasitas lima liter arang sekam, ditanami misalnya melon, fertigasi secara irigasi tetes, dengan pemupukan A-B mix, misalnya dengan EC 2,5 mS/cm, pH 6,0, volume pemberian pupuk 4 X 250 ml/hari, ada beberapa cara mengelolanya.
1. Dasar polybagnya tidak dibolongi. Volume pemberian pupuk sudah diatur bahwa tiap kali terjadi pengaliran larutan pupuk, dosis pemberian sudah pas, dan sudah disesuaikan kebutuhan tanaman pada stadia tumbuh. Pada hari biasa, larutan menetes dari atas, secara perlahan merembes ke bawah, diserap oleh media, kemudian diserap oleh akar.
Sisanya, yang belum terserap “ngecembeng” di dasar polybag setebal setengah hingga satu cm, secara lambat akan terserap oleh akar. Daya serap didapat dari adanya evapo-transpirasi tajuk. Dalam setengah hingga satu jam larutan tadi habis terserap oleh akar.
Andaikan tidak habis, kemudian tertambahi lagi dengan larutan dari giliran pemberian pupuk berikutnya, maka akan terjadi akumulasi, sehingga larutan pupuk di dasar polybag akan bersisa lebih dari satu cm. Memang kadar oksigen-terlarut larutan itu rendah, tetapi akar yang terendam ini, bisa mendapatkan subsidi dari akar yang berada di atas genangan. Lagi pula, dalam satu jam larutan itu akan tersedot kering, sehingga oksigen dapat mudah merasuk lagi ke dalam larutan. Di sini tidak ada larutan pupuk yang terbuang.
2. Dasar polybag dibolongi. Larutan yang berlebih akan keluar dari polybag. Berarti suatu penghamburan. Kalau lantai greenhouse terbuat dari tanah, maka larutan akan meresap hilang ke dalam tanah. Bila terbuat dari semen yang solid, maka di seluruh greenhouse akan terjadi genangan, yang mungkin menimbulkan ganggang hijau, yang tidak layak pandang.
3. Sama dengan nomor dua, tetapi di bawah polybag diberi talang kecil untuk menampung kelebihan larutan pupuk, yang keluar dari dasar polybag, dan mengalirkan kembali larutan sisa itu ke tandon larutan. Konstruksi pembuatannya rumit, terutama dalam pengaturan kelandaian, supaja gravitasi dapat mengalirkan kembali kelebihan larutan ke tandon.
4. Sama dengan no 2, tetapi dibolongi disisi polybag, pada ketinggian ½ hingga 1 cm dari dasar polybag. Kalau melebihi ambang batas tersebut, barulah kelebihan larutan keluar dari polybag. Tetap saja menggenang greenhouse dengan larutan pupuk, disertai dengan ganggang/algae hijau yang merusak pemandangan.
1. Dasar polybagnya tidak dibolongi. Volume pemberian pupuk sudah diatur bahwa tiap kali terjadi pengaliran larutan pupuk, dosis pemberian sudah pas, dan sudah disesuaikan kebutuhan tanaman pada stadia tumbuh. Pada hari biasa, larutan menetes dari atas, secara perlahan merembes ke bawah, diserap oleh media, kemudian diserap oleh akar.
Sisanya, yang belum terserap “ngecembeng” di dasar polybag setebal setengah hingga satu cm, secara lambat akan terserap oleh akar. Daya serap didapat dari adanya evapo-transpirasi tajuk. Dalam setengah hingga satu jam larutan tadi habis terserap oleh akar.
Andaikan tidak habis, kemudian tertambahi lagi dengan larutan dari giliran pemberian pupuk berikutnya, maka akan terjadi akumulasi, sehingga larutan pupuk di dasar polybag akan bersisa lebih dari satu cm. Memang kadar oksigen-terlarut larutan itu rendah, tetapi akar yang terendam ini, bisa mendapatkan subsidi dari akar yang berada di atas genangan. Lagi pula, dalam satu jam larutan itu akan tersedot kering, sehingga oksigen dapat mudah merasuk lagi ke dalam larutan. Di sini tidak ada larutan pupuk yang terbuang.
2. Dasar polybag dibolongi. Larutan yang berlebih akan keluar dari polybag. Berarti suatu penghamburan. Kalau lantai greenhouse terbuat dari tanah, maka larutan akan meresap hilang ke dalam tanah. Bila terbuat dari semen yang solid, maka di seluruh greenhouse akan terjadi genangan, yang mungkin menimbulkan ganggang hijau, yang tidak layak pandang.
3. Sama dengan nomor dua, tetapi di bawah polybag diberi talang kecil untuk menampung kelebihan larutan pupuk, yang keluar dari dasar polybag, dan mengalirkan kembali larutan sisa itu ke tandon larutan. Konstruksi pembuatannya rumit, terutama dalam pengaturan kelandaian, supaja gravitasi dapat mengalirkan kembali kelebihan larutan ke tandon.
4. Sama dengan no 2, tetapi dibolongi disisi polybag, pada ketinggian ½ hingga 1 cm dari dasar polybag. Kalau melebihi ambang batas tersebut, barulah kelebihan larutan keluar dari polybag. Tetap saja menggenang greenhouse dengan larutan pupuk, disertai dengan ganggang/algae hijau yang merusak pemandangan.
Guyurponik dengan beberapa pambanjuran polybag dengan larutan pupuk secara manual, dilakukan dengan mempertimbangkan cuaca. Bila angin kering bertiup keras, diberilah kocoran yang lebih banyak. Bila hari hujan, dan kelembaban tinggi, kurang penguapan, maka pemberian hanja sedikit, atau tidak sama sekali.
Perlu diketahui, keluarnya kelebihan larutan dari polybag, berarti mendesak keluar larutan tua yang mungkin sudah diambil sarinya oleh akar. Pun akan turut terbuang dan tercuci limbah tanaman, dalam bentuk “e-e” dan “pipis” , atau dengan bahasa kerennya disebut exudat, yang semakin lama semakin menumpuk di media-tanam.
Perlu diketahui, keluarnya kelebihan larutan dari polybag, berarti mendesak keluar larutan tua yang mungkin sudah diambil sarinya oleh akar. Pun akan turut terbuang dan tercuci limbah tanaman, dalam bentuk “e-e” dan “pipis” , atau dengan bahasa kerennya disebut exudat, yang semakin lama semakin menumpuk di media-tanam.
Catatan Penting Hidroponik 93 : PADA BUDIDAYA HIDROPONIK, EC TINGGI BISA MEMPERSINGKAT UMUR TANAMAN.
Oleh : Opa YOS SUTIYOSO.
Tanaman kangkung, dengan masa persemaian delapan hari, ditanam di instalasi hidroponik, dengan EC 2,8, dalam 14 hari bisa mencapai tinggi 50 cm, dan sudah layak panen, dan dapat dimasukkan ke dalam kantung plastik setinggi 50 cm, dengan ditekuk sedikit, untuk memungkinkan di-seal panas. Bila ditanam dengan EC 1,5, baru layak panen pada umur > 30 hari.
Ketika penulis berhidroponik di suburb kota Santa Cruz, propinsi Laguna, Filipina, beberapa tahun yang lalu, di instalasi hidroponik, hanya dalam masa 12 hari bisa dicapai tinggi tanaman 65 cm. Pada waktu itu musim panas, temperatur udara tinggi sekali, dan rupa-rupanya kangkung mentolerir atau malah dikatakan menyukai lingkungan yang tinggi temperaturnya!
Untuk iklim Tangerang dan sekitarnya, termasuk daaran rendah, dengan elevasi sekitar 45 m dpl, panen kangkung, bayam, caysim, dengan masa tumbuh sekitar 14 hari, merupakan hal yang lumrah. EC yang digunakan ialah 2,5 dan sering ditingkatkan menjadi 2,8. Bila ditunggu lebih lama lagi, maka ia menjadi terlalu besar untuk kantung plastik berukuran tinggi 50 cm, dan terpaksa disingkirkan.
Bekangan ini, setelah beberapa sejawat terjun dalam produksi sayuran secara komersial, maka mereka juga menceriterakan pengalaman mereka, bahwa dengan EC yang sedang-sedang saja telah terjadi penyingkatan masa tumbuh yang lumayan. Diduga ceritera positif mengenai masa tumbuh hingga layak panen yang memendek lainnya, akan menyusul.
Ketika penulis berhidroponik di suburb kota Santa Cruz, propinsi Laguna, Filipina, beberapa tahun yang lalu, di instalasi hidroponik, hanya dalam masa 12 hari bisa dicapai tinggi tanaman 65 cm. Pada waktu itu musim panas, temperatur udara tinggi sekali, dan rupa-rupanya kangkung mentolerir atau malah dikatakan menyukai lingkungan yang tinggi temperaturnya!
Untuk iklim Tangerang dan sekitarnya, termasuk daaran rendah, dengan elevasi sekitar 45 m dpl, panen kangkung, bayam, caysim, dengan masa tumbuh sekitar 14 hari, merupakan hal yang lumrah. EC yang digunakan ialah 2,5 dan sering ditingkatkan menjadi 2,8. Bila ditunggu lebih lama lagi, maka ia menjadi terlalu besar untuk kantung plastik berukuran tinggi 50 cm, dan terpaksa disingkirkan.
Bekangan ini, setelah beberapa sejawat terjun dalam produksi sayuran secara komersial, maka mereka juga menceriterakan pengalaman mereka, bahwa dengan EC yang sedang-sedang saja telah terjadi penyingkatan masa tumbuh yang lumayan. Diduga ceritera positif mengenai masa tumbuh hingga layak panen yang memendek lainnya, akan menyusul.
Pada florikultura, budidaya bunga potong, Chrysanthemum yang dipelihara dengan budidaya aeroponik, dengan menggunakan EC 3,0, umur tanaman hingga layak panen hanyalah delapan minggu, sedangkan dengan budidaya media tanah topsoil, campur cocopeat, pupuk kandang, bary layak panen pada umur 12 – 13 minggu setelah pindah tanam, dengan umur anak-semai, cuttings, 11 – 12 hari.
Penghematan empat minggu biaya listrik, karyawan, pupuk, bunga bank, dsbnya, bukanlah jumlah yang sedikit. Didapatkan pula bonus dalam bentuk peningkatan keserempakan berbunga, bentuk bunga yang biasanya berbentuk belah ketupat sekarang menjadi segitiga terjungkir, yang lebih cantik dan mempunyai nilai jual yang lebih tinggi.
Penghematan empat minggu biaya listrik, karyawan, pupuk, bunga bank, dsbnya, bukanlah jumlah yang sedikit. Didapatkan pula bonus dalam bentuk peningkatan keserempakan berbunga, bentuk bunga yang biasanya berbentuk belah ketupat sekarang menjadi segitiga terjungkir, yang lebih cantik dan mempunyai nilai jual yang lebih tinggi.
Jangan menaikkan EC semena-mena, karena adanya nilai-ambang-keracunan, “phytotoxicity level”. Misalnya bayam, diduga n-a-k adalah sekitar EC 3,0. Jadi untuk amannya kita bekerja dengan maksimal EC 2,5. Andaikan ada peningkatan EC mendadak, maka meningkatnya menjadi sekitar 2,7, masih dalam zona aman. Mungkin saja ada yang nyeletuk, bahwa sebaiknya bekerja hanya dengan EC 2,0 saja, ngarah aman, tetapi volumenya diperbesar. Dilain fihak, jika menanam tomat, paprika, terong, cabai, pakailah EC
yang lebih tinggi, karena tanaman itu berkayu dan memiliki toleransi keracunan yang tinggi.
yang lebih tinggi, karena tanaman itu berkayu dan memiliki toleransi keracunan yang tinggi.
Catatan Penting Hidroponik 94 : MENGAPA PEKATAN A HARUS DIPISAHKAN DARI PEKATAN B
Oleh : Opa YOS SUTIYOSO
Di pekatan A ada kation Ca++ dan di pekatan B ada anion SO4- -, dan mereka tidak boleh saling bertemu dalam keadaan pekat, sebab akan terjadinya kalsium sulfat, CaSO4, atau gypsum, gips, yang mengendap. Akibatnya ialah unsur Ca dan S tidak bisa terserap oleh akar. Tanaman kemudian akan menunjukkan gejala defisiensi Ca dan S.
Di pekatan A ada kation Ca++ dan di pekatan B ada anion PO4- - -, dan mereka tidak boleh saling bertemu dalam keadaan pekat, sebab akan terjadinya kalsium fosfat, K3PO4, atau TSP, triple super phosphat, yang mengendap. Akibatnya ialah unsur Ca dan P tidak bisa terserap oleh akar. Tanaman kemudian akan menunjukkan gejala defisiensi Ca dan P.
Di pekatan A ada kation Ca++ dan di pekatan B ada anion PO4- - -, dan mereka tidak boleh saling bertemu dalam keadaan pekat, sebab akan terjadinya kalsium fosfat, K3PO4, atau TSP, triple super phosphat, yang mengendap. Akibatnya ialah unsur Ca dan P tidak bisa terserap oleh akar. Tanaman kemudian akan menunjukkan gejala defisiensi Ca dan P.
Dalam keadaan di-encerkan 100 X, sebenarnya gips bisa larut juga, tetapi sedikit sekali, yaitu hanya 1,25 %. Persentase ini terlalu kecil untuk budidaya hidroponik, yang mensyaratkan gips harus dapat larut, secara instant, seratus persen.
Dalam keadaan di-encerkan 100 X, sebenarnya TSP bisa larut juga, tetapi sedikit sekali, yaitu hanya 1,75 %. Pesentase ini terlalu kecil untuk budidaya hidroponik,yang mensyaratkan TSP harus dapat larut, secara instant, seratus persen.
Dalam keadaan di-encerkan 100 X, sebenarnya TSP bisa larut juga, tetapi sedikit sekali, yaitu hanya 1,75 %. Pesentase ini terlalu kecil untuk budidaya hidroponik,yang mensyaratkan TSP harus dapat larut, secara instant, seratus persen.
Dalam situasi di lapangan, sering digunakan anjuran 5 : 5 : 1, yang artinya 5 liter pekatan A dimasukkan ke dalam air 1 m3, lalu diaduk. Dimasuki lagi 5 liter pekatan B, dan diaduk lagi. Maka terjadilah 1.000 liter larutan A-B mix. Bila dilakukan pengukuran dengan EC meter, maka larutan yang 1.000 liter itu akan menunjukkan EC 2,5 mS/cm (milli Siemens per centimeter, karena jarak katoda dengan anoda adalah 1 cm).
Atau bisa juga dibaca sebagai berikut : 5 ml pekatan A dimasukkan kedalam air satu liter, diaduk, lalu dimasuki lagi 5 ml pekatan B, dan diaduk lagi. Maka larutan itu akan menunjukkan kepekatan larutan sebesar EC 2,5.
Atau bisa juga dibaca sebagai berikut : 5 ml pekatan A dimasukkan kedalam air satu liter, diaduk, lalu dimasuki lagi 5 ml pekatan B, dan diaduk lagi. Maka larutan itu akan menunjukkan kepekatan larutan sebesar EC 2,5.
Bila untuk persemaian digunakan EC 1,0, untuk masa vegetatif EC 2,0, dan untuk masa generatif digunakan EC 3,0, maka diadakan penyesuaian jumlah liter pekatan A maupun B dalam 1 m3 air (atau jumlah ml pekatan A maupun B, dalam 1 liter air).
Memang ada pemikiran untuk menggunakan pekatan yang disatukan, demi keringkasan kerja, tetapi hingga kini belum ada tanda-tanda keberhasilan. Penelitian hendaknya menggunakan Ca dalam bentuk chelate/kelat, yang diharapkan dapat meredam muatan listrik kation Ca, sehingga kemungkinan penyatuan Ca dengan sulfat dan phosphat dapat dihindari.
Syukurlah bahwa hingga kini konsep A-B mix masih diterima dan dilaksanakan dengan leluasa, tanpa ada keluhan!
Subscribe to:
Posts (Atom)